Pungguk Merindukan bulan - Puisi Galau
Puisi Pungguk Merindukan Bulan
![]() |
Berulang kali ku coba menghempaskan dan mengabaikan perasaan ku, tapi rasanya justru menjadi semakin sesak dan sakit sekali dada ini.
Aku bahkan menangis hanya karena melihat kamu menerima panggilan telepon dari laki laki lain, apalagi melihatnya di peluk laki laki itu.
Mengertilah, aku tak kuasa menahan luka yang mendorong air mata ku keluar dengan sendirinya melalui sudut sudut mata ku yang terasa perih.
Pernahkah kamu merasa menyesali sesuatu yang sesungguhnya di luar kendali mu? Kemudian menyalahkan dirimu sendiri 'bodoh, bodoh, bodoh, dasar aku yang bodoh!'. Itulah yang saat ini ku rasakan.
Entah sampai kapan aku memiliki perasaan yang tak pantas ini? Sedang setiap hari aku melihat Dia tapi aku selalu merindukannya.
Di sudut hatiku yang sunyi, kala senja merangkak berpisah dengan matahari, terdapat perasaan yang terus berdesir seperti ombak yang mencari pantai. Aku mencoba menepisnya, berulang kali, seperti ingin melupakan jejak-jejak pasir yang tertinggal di tepian hati. Namun, semakin ku coba mengabaikan, semakin dalam rasa itu menggali bekas luka yang tak pernah sembuh.
Tak ada yang lebih menyakitkan dari melihatmu tersenyum pada panggilan telepon dari laki-laki lain, atau lebih buruk lagi, saat pelukan laki-laki itu membuat dunia ini terasa hampa. Aku berusaha mengerti, mengerti bahwa perasaan ini mungkin tak seharusnya ada. Namun, bagaimana bisa aku mengendalikan detak jantung yang semakin cepat, dan mata yang terus saja ingin menitikkan air mata, seolah merindukan keberadaan yang semakin menjauh?
Pernahkan kau merasa seperti menyesali takdir yang terasa begitu menguasai? Saat rasa bersalah menggerogoti pikiran, mengucapkan kata "bodoh" pada diri sendiri tak ubahnya seperti mencoba menutupi matahari dengan sehelai kertas tipis. Dan di tengah semua itu, terhampar keraguan diri yang merayap perlahan, menyusup ke dalam setiap celah hati yang tersisa.
Tetapi, tahukah kau bahwa kerap kali dari kerentanan dan patah hati itulah, keindahan bermula? Dalam setiap kepingan perasaan yang tak terucapkan, ada potensi untuk memahami makna sejati dari cinta. Mungkin, pada suatu hari, rasa ini akan menjadi aliran sungai yang membawa keluh kesah, merajut jalinan makna yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Entahlah sampai kapan waktu akan menjawab semua pertanyaan ini. Sementara aku berjalan melalui lorong waktu yang tak pasti, satu hal yang ku tahu: dalam setiap hela nafas dan detak jantung, kau akan tetap hadir. Dan walau tak ada yang pasti, rasa ini tetap mengalir, merangkul setiap nuansa rasa yang tercipta saat aku melihat Dia, dan selalu, merindukannya.
Di keheningan malam, bintang-bintang berkelip seakan ingin mendengarkan cerita hati yang terus bergelayut. Aku merenungi makna dari setiap langkah yang telah kulewati, seperti mengurai benang kusut yang menghubungkan hatiku dengan alam semesta ini. Terkadang, rasa ini hadir seperti embun pagi yang menghiasi daun-daun, lembut namun tak terelakkan.
Dalam kisah ini, kita belajar bahwa tak selalu ada jawaban pasti. Kita hanya bisa merasakan, berbagi, dan membiarkan waktu menjawab misteri yang tak terpecahkan. Dan mungkin, seiring berjalannya waktu, rasa ini akan menjadi sebuah lukisan yang indah di atas kanvas kehidupan kita. Lukisan yang menggambarkan perjuangan, pengorbanan, dan keberanian untuk merasakan segala sesuatu tanpa pamrih.
Mungkin pada akhirnya, makna mendalam terletak pada kemampuan kita untuk merangkul perasaan yang tak selalu mudah dipahami. Bukan sekadar tentang menerima, tapi juga mengerti bahwa cinta bisa hadir dalam berbagai bentuk dan warna. Dan dalam kerumitan itu, mungkin pula terletak keajaiban, yaitu kemampuan kita untuk tetap berdiri meski terkadang terhempas oleh ombak kehidupan.
Saat aku menatap langit malam yang tak terbatas, aku menyadari bahwa meski rasa ini masih menghuni relung hatiku, itu adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan ini. Dalam setiap hela nafas, dalam setiap irama denyut jantung, aku merasa hidup dengan lebih utuh. Mungkin, di suatu masa nanti, kita akan tersenyum pada kenangan-kenangan ini, mengenang perasaan yang begitu kuat namun begitu rapuh, dan mengucapkan terima kasih pada waktu yang telah mengajarkan kita makna yang sesungguhnya.
Jadi, biarkanlah puisi ini menjadi saksi bisu dari perjalanan hati ini. Biarkanlah setiap kata menjadi bekal untuk mengarungi samudra emosi yang dalam. Kita tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun satu hal yang pasti: perasaan ini akan tetap ada, dalam setiap jejak langkah kita, merajut makna yang mendalam dan tak terlupakan.
Posting Komentar untuk "Pungguk Merindukan bulan - Puisi Galau"
Silahkan berkomentar sesuai ketentuan layanan dan kebijakan privasi blog kami