Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terinjak Tanpa Suara - Puisi


TERINJAK TANPA SUARA


Aku duduk di sudut malam,
di antara lampu jalan yang enggan menyinari,
basahnya trotoar memantulkan bayanganku yang rapuh,
seperti hati yang kau remukkan tanpa peduli.

Aku pernah menjadi seseorang di matamu,
atau mungkin hanya sebatas perbandingan,
diletakkan di satu sisi neraca,
ditimbang-timbang, dihitung-hitung,
namun tak pernah cukup untuk dipilih.

Kau berdiri di persimpangan,
menatapku, menatapnya, lalu tersenyum,
seolah hatiku bukan apa-apa,
hanya permainan yang kau genggam di ujung jemari.

Aku ingin marah, tapi kepada siapa?
Pada takdir yang membiarkanku jatuh?
Pada hatiku sendiri yang terlalu berharap?
Atau pada matamu yang tak pernah benar-benar melihatku?

Aku hanyalah jalan yang kau lewati,
bukan rumah tempatmu pulang.
Aku hanyalah bayangan di matamu,
bukan sosok yang kau genggam erat dalam hatimu.

Kini, aku berjalan di antara sepi,
di bawah langit yang enggan bersuara,
membiarkan angin membawa luka ini pergi,
meski jejaknya tetap membekas dalam hati.

Jika suatu hari kau mengingatku,
jangan sebut aku sebagai seseorang yang menunggumu,
tapi kenanglah aku sebagai hati yang pernah kau injak,
namun tetap memilih berdiri,
tanpa harus menoleh kembali.


5 komentar untuk "Terinjak Tanpa Suara - Puisi"

  1. Memang menyakitkan ya bro.
    Sabar aja la bang, tuhan sudah mempersiapkan yg terbaik buatmu.😊

    BalasHapus
  2. Memang sakit nya tuh disini, sesuai dengan musik blog nya

    BalasHapus
  3. Maafkan aku jika aku salah menaruh rasa 😭
    Tapi rasa ini nyata adanya
    Apakah aku harus menyalahkan diriku sendiri

    BalasHapus
  4. Sabar Bang suatu saat nanti tuhan akan memberikan yg terbaik.

    BalasHapus
  5. Ijin copy bangπŸ˜”

    BalasHapus